Minggu, Mei 25, 2008

Cerita Sebelum Bubu

Konon menurut dongeng Yunani, Pygmalion adalah seorang seniman pembuat patung tersohor. Apresiasinya terhadap keindahan dan kecantikan sangat tinggi dan hal ini bermanifestasi saat ia mencari jodoh yang tidak pernah ketemu karena keinginannya yang perfeksionis. Dalam kesendiriannya akhirnya dia berhasil menciptakan sebuah patung wanita yang sangat cantik dan sempurna sesuai keinginannya. Lama-kelamaan iapun jatuh cinta kepada patung tersebut dan memohon kepada Dewa di Olympus agar patung tersebut dihidupkan sebagaimana manusia. Setelah keinginannya terpenuhi wanita itu diberi nama Galatea dan dijadikan isterinya. Semangat Pygmalion ini seringkali menghinggapi profesi tertentu seperti guru atau dosen, para komandan, sutradara film bahkan para orangtua. Manusia seperti ini cenderung untuk menciptakan kembarannya sendiri. Dia mau membuat manusia lain sesuai dengan keinginannya, sesuai dengan sifatnya, sesuai dengan cita-citanya. Dedikasi manusia bertipe ini sangatlah tinggi sehingga sanggup mengorbankan segalanya demi keinginannya namun seringkali tidak sesuai dengan keinginan atau hati nurani orang-orang yang dibentuknya tersebut. Seorang guru tidak akan meluluskan murid atau mahasiswanya sebelum mereka secara 100% sesuai dengan keinginannya. Seorang komandan tidak akan memaafkan anggotanya sebelum mereka benar-benar terbentuk sesuai keinginannya. Sebagai orangtua tidak akan melepaskan anaknya sebelum anaknya mencapai sesuatu sesuai keinginannya sendiri tanpa mempertimbangkan keinginan, bakat dan kemampuan anaknya yang sangat berbeda dengan dirinya. Sadarlah bahwa kita sedang menghadapi manusia lain yang bukan diri kita. Orangtua hanya berperan sebagai katalisator dan tidak berhak berlaku sebagai pencipta orang lain. Diharapkan seorang anak akan menjadi dirinya sendiri dan mengisi kehidupan dengan berhasil sesuai keinginannya. Bukankah biasanya orang yang berhasil itu adalah orang yang hidup dan bekerja sesuai dengan keinginan dan kemampuannya tanpa adanya paksaan dari orang lain? Inilah Pygmalion complex. Sumber buku: Mengatasi Hambatan2 Kepribadian (Mangunhardjana).

Tidak ada komentar: